Sunday, November 18, 2012

"Melanjutkan yang Terbengkalai"

Saya gemas sekali tidak pernah berhasil mencapai angka 50.000 kata dalam 1 bulan. Betapa banyak alasan terlontar karena ketidakberhasilan ini. Selama setahun ini banyak hal terjadi di sekeliling saya dan juga diri saya. Dan entah mengapa saya kembali menyukai cerita inspiratif. Saya berpikir untuk melakukan survey mengenai kisah-kisah unik dan tentu, inspiratif. Novel yang akan saya tulis ini merupakan kisah nyata yang saya fantasy-kan.

Tetapi saja berpikir kembali, apakah kisah tentang 9 September 2001 itu sudah basi? Sepertinya hal ini saya harus banyak bertanya kepada orang-orang.

Pastinya, saya ingin membuktikan pada diri sendiri, bahwa "saya harus menyelesaikan yang saya awali".

Dengan mengikuti kegiatan ini, semoga pembuktian itu bisa terwujud dan terapi saya berjalan dengan baik.

Ayo Menulis, menulis, menulis....Membaca, membaca, membaca..Kemudian menulis lagi, menulis, menulis..begitu saja bolak-balik antara membaca dan menulis...

Hidup J50K

Tuesday, January 31, 2012

OOPS J50K..Olala...





Hahaha..Saya awali dengan tertawa. Tawa yang sebenarnya merupakan kekalahan bagi saya, karena tidak bisa menaklukan diri sendiri. Memang ada alasan, mengapa saya tidak bisa menyelesaikan J50K ini, dan saya akui saya tidak pandai mengatur waktu.

Berkali-kali saya katakan menulis novel itu tidak mudah. Kita tidak hanya sekedar berkhayal, tanpa memikirkan riset, lokasi, karakter, alur cerita dan lain sebagainya. Bagi saya novel itu harus enak dibaca dari awal pembukaan hingga akhir cerita. Dia juga harus punya 'sesuatu' yang kuat, sehingga pembaca akan selalu ingat terus oleh novel tersebut. Terlepas dari pendapat saya, J50K ini lebih memfokuskan 'menulislah dulu, baru pikirkan yang lain'. Saya sudah mengalami hal seperti ini. Saya menulis apa yang ada di otak saya dengan mengikuti kerangka yang telah dibuat. Masalahnya di J 50K ini, saya tidak membuat kerangka untuk tulisan saya dan juga tidak melakukan riset. Novel yang pertama hanya bisa mampu menembus 8K dan novel yang kedua, 20K. Lalu Mengapa yang kedua bisa lebih banyak dari pada yang pertama? Karena novel kedua ini saya telah membuat kerangka, dan salahnya saya minim sekali riset tentang orang yang memilki dua kelamin dan amnesia. Di awal saya mengentengkan hal ini dan di tengah jalan, saya ngos-ngos-an.

J50K tahun lalu saya lebih berhasil mengerjakannya dengan mengerjakan sistem menulislah dulu. J50K ini saya banyak mengeluarkan peraturan sendiri yang mana menyulitkan buat saya. Pengalaman ini saya share, tapi bukan untuk dicontoh. Kesalahan-kesalahan saya ini, semoga jadi pembelajaran buat saya, agar saya lebih siap lagi.

Namun lepas dari January ini, saya akan tetap meneruskan dua cerita saya ini. Semoga tahun Naga kali ini memberikan kelancaran bagi saya.

Hal pertama yang harus diperhatikan dalam menulis, apalagi menulis novel, menurut saya adalah 'Mimpi'. JIka kamu tidak punya mimpi, jangan harap kamu menjadi apa yang kamu inginkan dalam setiap bidang apa pun. Bila mimpi ini sudah kita miliki, "Niat" akan datang secara otomatis. Namun tidak hanya sekedar Niat, melainkan Niat yang KUAT. Saya lebih senang dengan kalimat,'NIAT yang KERAS'. Entah kenapa. Jika niat kita kuat, hambatan sebesar apa pun, Insya Allah akan mampu kita lalui, Bahkan sesibuk apa pun kita. T api kita juga tidak bisa menyalahkan bila kita menghadapi situasi yang sedang pelik dengan memaksakan-menyelesaikan projek ini. Setiap orang itu berbeda, mungkin mereka punya pilihan lain, seperti saya yang lebih memilih untuk mempersiapkan riset lebih dahulu >>>sekali lagi membela diri..hahaha..

Menyelesaikan tulisan sebanyak 50 ribu kata dalam sebulan? Itu Dasyat, Kawan! dan sekali lagi saya katakan Itu tidak mudah. Kita berlari mengejar angka dengan menguras tenaga dan pikiran, namun hasil akhir membuat kita tersenyum dan kepuasan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Saya SALUT buat teman-teman yang berhasil menyelesaikan J50K-W!N!. Selamat yang sebesar-besarnya buat kalian semua. Tapi Ingat, jangan puas dulu, karena perjalan kita masih panjang dan masih banyak angka-angka yang harus diraih. Karena sebagian hidup adalah angka! Semoga dapat dimengerti mengenai Angka ini.(Wkwkwkwk, males jabarinnya).

Bagi yang tidak kelar-OOPS- di Januari ini, tenang, kawan! Masih ada 11 bulan yang menanti tulisan itu selesai. Jangan sampai 11 Bulan itu menuntut kita untuk menyelesaikan projek ini, karena kita bisa dimakan oleh waktu dengan kejam, jika kita tidak kelar juga menyelesaikannya.

Sekali lagi ini mengenai MIMPI dan PILIHAN...Kalian lebih memilih memiliki mimpi dengan mewujudkannya atau mempunyai mimpi, tetapi hanya di angan-angan saja.

Sekian dari Saya...
Hidup OOPS...oh Salah....HIDUP J50K.!!...Terima Kasih Saya dan teman-teman Kampung Fiksi ucapkan atas teman-teman yang telah mengikuti kegiatan ini. AYO, kita masih ada kerjaan banyak, selesaikan di tahun ini juga..

Monday, November 21, 2011

Crying Game


Aku terkejut sekali mengetahui ketiga mantan kekasihku ternyata bersahabat. Bukan hanya sahabat biasa tapi sahabat dekat dan hubungan mereka telah berjalan dua puluh tahun lamanya. Anehnya lagi aku tidak pernah mendengar nama mereka selagi aku berpacaran dengan salah satu dari mereka. Wajar bukan bila aku tidak pernah tahu tentang mereka. Bekunya kepalaku membuat aku tak menyadari kebiasaan mereka yang sama. Yaitu; menangis. Aku pun baru tahu hal ini ketika aku berjalan-jalan di sebuah kota kecil yang usianya melebihi kota Jakarta.
*****

Duduk sendiri di sebuah café yang menyuguhkan lagu-lagu Jazz secara live. Sang biduwan menyanyi menawan dan aku dibuat terpukau olehnya. Dan aku tak menyangka, penyanyi itu menghampiri aku setelah selesai membawakan lagu. Dia begitu saja duduk di depanku. Tanpa permisi dan langsung melontarkan pertanyaan yang dia yakin sekali jawabannya.
“Ada apa pria tampan seperti Anda berada di kota kecil ini?” Dia tersenyum tipis. “Sedang mencari kabar berita atau juga ingin bertemu langsung dengan tiga wanita penangis fenomenal di kota ini?” masih lanjut bertanya. Keningnya berkerut, matanya bagai menerawang, senyumnya manis tapi menyebalkan dan aksinya ini menerjang wajahku kilat. Sedangkan aku tak tahu sama sekali apa maksud sang penyanyi jazz ini. Aku hanya mengangkat kedua bahu seraya menyalakan rokok tebal khas kota ini. Belagak cuek,aku lemparkan pandanganku ke jalan raya. “Akh, tidak mungkin Anda kesini cuma berwisata kota saja. Anda pasti juga ingin mendengarkan kisah-kisah antic kota ini, bukan? Jujur saja, malah saya akan membantu Anda secara suka rela. Tahu kenapa? Saat saya berada di atas panggung tadi, bola mata saya tidak lepas menatap Anda. Dari hati kecil saya berbisik bahwa saya harus menceritakan pada Anda,” dia memaksaku agar aku mau mendengar ceritanya.

Lagi pula ada kisah apa sih di kota ini yang membuat dia keras ingin bercerita padaku. Yang aku tahu dari temanku, kota ini dikelilingi pantai berpasir coklat muda keemasan dimana berdiri tebing-tebing beraneka ukuran yang bentuknya bisa bikin mata terpana. Di kota ini juga banyak kuliner menarik dan cipta rasanya telah terkenal di penjuru negeri. Dua hal inilah tujuanku sebenarnya. Tapi tunggu dulu, dia bilang tadi ‘fenomena tiga wanita menangis’? ehm, benar adakah itu? Ah, ini menarik juga untuk ditelusuri. Jadilah aku duduk berjam-jam mendengarkan kisah itu.

Tentang wanita yang menangis ketika memasak.

*Bersambung

Sunday, December 26, 2010

"Pulang"

KU tinggal kota itu dengan kenangan. Kini ku kembali mengenangnya.
Jalan besar tempat dimana ku melangkah. Suara anjing-anjing yang menyalak.
Bus panjang yang selalu tepat waktu.Tombol lampu menyeberang tempat jahilku.
Pemuda hitam yang selalu menyapa,”Good morning big eyes.”
Jembatan merah yang selalu mewarnai romantisme. Berdiri memandang laut biru sambil menyatap makanan laut.

/////
Kegiatan setiap pagi hari yang berjalan melalui jalan-jalan besar, menunggu bus dengan ditemani pemuda hitam. Dia selalu mengucapkan,”Call me Nigel. Don’t call me negro,” dengan pengucapan yang sama dengan nama Nigelnya tanpa huruf ‘R’. Nigel selalu bercerita dia berasal dari keluarga yang biasa-biasa saja, tapi dia ingin sekali menjadi seorang dokter nantinya. Karena dia tidak kaya, dia harus mendapatkan beasiswa di universitas yang selalu diidam-idamkannya. Lalu Bus datang dan kami berdua masuk, kemudian dia melanjutkan pembicaraan lagi mengapa dia tergila-gila dengan Muhammmad Ali dan tertarik sekali mempelajari islam. Hari terakhir aku bertemu dengannya, itu topic yang dibicarakannya. Sebelumnya Nigel bercerita tentang teman-teman di lingkungan rumahnya, meja makan yang selalu menjadi tempat pertemuan keluarganya berkumpul, tentang wanita-wanita berwajah Asia yang selalu ia sukai, mengapa bapaknya selalu memukulnya sewaktu ia kecil dan cerita-cerita lainnya yang setiap hari denagn berbeda topic cerita. Dan aku hanya tersenyum, terkadang terkejut, terkadang lagi merasa iba, ya terkadang mengikuti alur apa yang diceritakan. Semuanya yang keluar dari mulutnya, aku catat di kepalaku dan aku tidak banyak berbicara macam-macam dengan dirinya.

Setelah aku melambaikan tangan pada Nigel, aku turun menyebrang jalan menuju Restaurant cepat saji yang selalu buka 24 jam. Ini yang paling kusuka memencet tombol tanda ingin menyebrang dan hari itu aku berkali-kali memencetnya. Hurrrayy…kemudian aku segera bergegas pergi sebelum polisi mengetahui kejahilanku, habis tidak ada cctv sih! Seperti biasa Sam, kakek yang sudah berusia 80 tahun itu menghampiri mejaku dan memeluk aku. Aku memesan secangkir kopi cream dan wafel yang muanteeep sekali rasanya. Dia memegang cangkir kopi pahitnya dan menyeruputnya. Lalu kami berdua mengempulkan asap rokok dan tertawa. Entah apa yang ditertawakan, intinya kami bahagia bisa merokok bebas di luar ruangan restaurant ditambah fasilitas meja bundar yang orang lain tidak pernah menepatinya kecuali kami di saat pagi. Aku senang mendengarkan ceritanya tentang Airport yang dibangunnya di kota itu, Sam tidak pernah bosan menceritakannya padaku, begitu juga aku tidak pernah bosan mendengar kisah-kisahnya . Apalagi di saat mencurahkan hidup seorang diri di hari tuanya dan perasan-perasaan Sam tentang kematian. Tentang anak-anaknya yang sudah sukses semua dan hati kecil Sam yang suka menangis melihat mereka. Menangis bahagia. Inipun sam lebih banya berbicara daripada aku dan aku tetap mencatatnya.

Aku sering melewati jembatan cantik ini, menatap laut dari mobilku di hari sabtu. Aku selalu bersama Mei sahabatku bila bercinta dengan jembatan merah nun cantik ini. Kami berdua jarang mengobrol banyak di lokasi ini. Kami hanya berlari-lari kecil mengambil gambar. Dapat sudut pemandangan yang menawan..Langsung Klikk…Klikk..Klikk..Ini sudah membuat kami senang bersama hembusan angin segar yang menampar tubuh kami. Inilah serunya jika ke tempat ini hari sabtu, banyak turis-turis itu pasti, tapi banyak juga pasangan-pasangan yang langsung berubah romantic karena efek magnetic jembatan ini. Lucunya pasangan-pasangan itu suka mengajak berbicara padaku. Berbicara tentang kapan mereka berjumpa, kejelekan-kejelekan pasangan mereka, tentang putus-sambung hubungan mereka, tentang melamar kekasih mereka di jembatan ini dan beraneka macam tentang cinta dibicarakan kepadaku. Dan seperti biasa aku tidak banyak berbicara dan mendengarkan mereka bercerita saja. Tapi jika di jembatan merah ini, pikiranku langsung melayang ke kekasihku yang berbeda kota dan itu membuatku kesal. Ha..ha..Ha..

Aku tidak tahu apa alasan mereka-mereka itu senang terbuka berbicara denganku. Di setiap tempat, pasti aku selalu di ajak mereka bicara. Tidak di kantin kampus, di bus, di kereta, di café, diantrian teater, di mall, di swalayan, di gereja, di mesjid, di parkiran, di apartemen, di tempat bekerja, semuanya berbicara padaku. Berbicara tentang segala hal. Hal yang tidak pernah aku dengar sebelumnya dan juga hal yang sering ku dengar. Tapi mimic dan ekspresi mereka menceritakan kisah kehidupan mereka membuatku tambah bersemangat mendengarkan mereka. Mendengarkan, juga mencuri pengalaman-pengalaman mereka. Setelah mereka berbicara, aku mencatatnya.
Seperti hari ini aku mencatat sebuah pesan tertulis,”Pulanglah”. Bagaimana sayang? Kau menyuruh aku untuk pulang. Untuk apa? Untuk menulis lagi katanya. Menulis? Hemm, apakah sudah saatnya aku kembali? Ya, mereka rindu padamu. Mereka? Ya, apa kau lupa orang-orang yang kau kenal itu, kisah mereka kau jadikan tulisan, kau ketik, kau copy, kau print dan kau kirimkan kepada mereka. Tidak ingat? Dan sampai saat ini, 10-10-10, mereka banyak menanyakan kabar dari mu. Kata mereka,”Tidak cukupkah waktu sepuluh tahun menguburkan tumpukan tanah-tanah yang sebenarnya subur itu? Dan untuk apalagi mencari lahan baru jika sebenarnya lahan yang lama itu telah menanggap jiwa pemiliknya tertanam dengan rapi.

Apa kau masih mencintaku? Ha..Ha..Ha..Sepuluh tahun sayang. Sepuluh tahun tanpa dirimu. Aku sudah berkali-kali berganti kekasih, begitu juga dengan kau. Tidak ada yang seperti aku kan pacar-pacarmu itu? Dan tidak ada juga pacar-pacarku yang seperti kau. Dan aku sangat yakin sekali, kau pasti sudah tak terhitung lagi beraksara di file pribadimu tentang kisah kita, bukan?..Hayoo, mengaku saja. Kali ini aku ingin kau pulang. Pulang untuk diriku, pulang untuk tanahmu, dan pulang untuk berbicara pada mereka lalu kau tulis. Menulis hal-hal yang membosankan. Menulis hal-hal yang mengharukan. Menulis hal-hal yang menegangkan. Menulis hal-hal yang orang belum pernah baca. Menulis hal-hal yang menyenangkan. Menulis tentang daun, si kembar tetanggamu yang tuna runggu, tentang Artis yang kau temui di butik, tentang boneka, tentang sisilahmu, pokoknya semua hal sesuka hatimu saja.

Hemm. Oke..Oke..Tapi jika aku pulang, tidak ada perempuan di sampingmu kan? Argghh, masih tidak berubah. Selalu bertanya soal itu-itu saja. Membosankan tapi aku rindu. Jangan keras hati dan keras kepala sayang. Jangan takut. Dan pulanglah karena aku masih di sini. Menunggumu. Apa kau tidak rindu dengan Nigel yang sudah menjadi dokter sekarang? Apa kau tidak mau menjenguk Sam yang sering mengigau namamu di rumah sakit saat ini? Apa kau tidak rindu dengan sahabtmu Mei yang sudah beranak tiga? Apa kau tidak rindu dengan gaya ciumanku yang selalu kau bilang “Beuh, tambah lagi dunk, aku tidak puas-puas nih”. Apa kau tidak rindu dengan pemandangan di dunia ini yang banyak sekali diambil butir-butir nilainya. Tidak perlu kata-kata yang berhias-hias. Cukup sederhana. Tapi mampu membuat orang membacanya untuk mengikuti terus dan memahami makna rangkaian kata-kata yang kau ciptakan.

Jika kau sudah tidak merasa lagi itu bukan tempatmu. Pulanglah atau hijrahlah. Tapi aku ingin kau pulang, kita hijrah bersama ke kota yang selalu kita impikan. Kota yang berdinamik karena detaknya tak pernah berhenti.
Baiklah, aku pulang. Tunggu aku, aku akan pulang. Kapan? Tunggu saja. Surprise …

10-10-10..Aku catat..Aku tulis…